pemurnian dan pembaharuan muslim
PEMURNIAN DAN PEMBAHARUAN DI DUNIA
MUSLIM - Kemuhammadiyahan
PEMURNIAN
DAN PEMBAHARUAN DI DUNIA MUSLIM
BAB I. PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pembaharuan
dalam Islam, istilah lainnya pemurnian, modernisasi, aliran salaf,
gerakan kaum muda, memiliki banya bentuk, berbagai penyebab, dan tempat serta
waktu yang berbeda-beda. Pembaharuan bisa dalam bentuk pemurnian dalam arti
mengembalikan faham dan praktek agama kepada dua sumber aslinya yaitu Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi dengan meninggalkan pertengkaran mazhab dan bid’ah yang
disisipkan orang ke dalamnya (Abu Bakar Aceh, 1970:5). Pemikiran dan gerakan
seperti ini misalnya terlihat pada pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad ibn
Abdul Wahhab di Semenanjung Arabia dan Syah Waliullah di anak benua India.
Pembaharuan juga bisa dalam bentuk modernisasi yaitu
pikiran/aliran/gerakan/usaha merubah faham, adat, lembaga lama, untuk
disesaikan dengan suasan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern (Nasution: 11). Pembaharuan yang demikian jelas terlihat
dalam pemikiran dan gerakan Muhammad Ali Pasya sampai Muhammad Abduh di
Mesir, Ahmad Khan sampai Ali Jinnah di India, dan Sultan Mamud II sampai Mustaf
Kemal Pasya di Turki. Pembaharuan bisa juga berlangsung dalam bentuk gabungan,
pemurnian sekaligus modernisasi sebagaimana jelas terlihat pad usaha-usaha yang
dilakukan oleh K. H. Ahmad Dahlan dengan gerakan Muhammadiyahnya di Indonesia.
Pembaharuan
yang terjadi dalam dunia Islam itu telah berlangsung sejak Periode
Pertengahan, periode dimana dalam berbagai aspek umat Islam mulai mengalami
kemunduran. Pembaharuan itu mengalami percepatan pada Periode Modern, ketika
umat Islam mulai bangkit dari berbagai kekalahan dalam kontak mereka dengan
Barat, bagian dunia yang sebelumnya dianggap masih terbelakang. Uraian
berikut mencoba mendeskripsikan berbagai pembaharuan dalam dunia Islam itu.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana kemajuan peradaban Islam
dalam berbagai bidang?
2.
Apa sebab-sebab kemunduran perdaban
Islam?
3.
Mengapa perlunya pemurnian dan
pembaharuan peradaban Islam?
4.
Siapa tokoh-tokoh pembaharu dalam
dunia Islam?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Untuk mengetahui dan mempelajari
kemajuan peradaban Islam dalam berbagai bidang.
2.
Untuk mengetahui sebab-sebab
kemunduran peradaban Islam.
3.
Untuk memahami perlunya pemurnian
dan pembaharuan peradaban Islam.
4.
Untuk mengetahui atau mengenal
tokoh-tokoh pembaharu dalam dunia Islam.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
KEMAJUAN PERADABAN
ISLAM DALAM BERBAGAI BIDANG
1. Kesultanan Usmani
Didirikan
oleh Usman, putra Artogol dari kabilah Oghuz di Mongol. Awalnya datang ke Turki
untuk meminta suaka politik kepada penguasa Seljuk dari serangan tentara
Mongol. Usman dipercaya menjadi panglima perang Dinasti Seljuk menggantikan
ayahnya. Setelah Sultan Alauddin wafat, Usman mengambil alih kekuasaan, sejak
itu berdirilah Dinasti Usmani.
Dinasti
Usmani berbentuk kesultanan yang beribukota di Istanbul, Turki. Berasal dari
suku bangsa pengembara yang bermukim di wilayah Asia Tengah, salah satunya suku
Kayi. Usman bergelar “Pedisyah Al-Usman”, dibawah kepemimpinannya wilayah
kesultanan semakin luas dengan menaklukan beberapa wilayah, seperti Azmir (1327
M), Tharasyanli (1356 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Galipoli
(1356 M). Pada masa pemerintahan Muhammad Al-Fatih Kesultanan Usmani mengalami
puncak kejayaan, dan dapat menaklukan wilayah Byzantum serta Konstantinopel
(1453 M). Kemajuan Kesultanan Usmani ditunjukkan dalam bidang :
a) Bidang Pemerintahan dan Militer
Tingkatan
paling tinggi dipegang oleh Sultan, tingkat kedua perdana menteri atau
Sadrazan, tingkat ketiga gubernur atau Pasya, tingkat keempat bupati atau
As-sawaziq atau Al-alawiyah. Sistem pemerintahan dan kekuasaan militernya
berjalan baik. Muncul kelompok elite militer yang disebut janissary atau
inkrisyriyah pada masa Orkhan bin Usman, kelompok ini merupakan kelompok
penghancur negeri non-muslim.
b) Bidang Pengetahuan dan Budaya
Terjadi
akulturasi dari beberapa negara seiring dengan meluasnya wilayah, yaitu
kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab. Rakyat Usmani mengambil ajaran tentang
etika dan tat krama dari kebudayaan Persia, organisasi dan kemiliteran dari
Byzantum, dan ilmu arsitektur dari Arab. Dari ilmu arsitektur tersebut,
berdirilah berbagai masjid yang bagus serta kaligrafi indah.
c) Bidang Agama
Muncul
dua aliran tarekat, yaitu Bektsyi yang banyak pengaruhnya dibidang militer, dan
Maulawiyah yang banyak pengaruhnya di lingkungan pejabat pemerintahan.
2. Kerajaan Safawi
Didirikan
oleh Syah Ismail pada 907 H/1500 M di Tabriz, Persia (Iran). Awalnya sebuah
gerakan tarekat yang bernama Safawiyah yang menjadi gerakan politik, dipimpin
oleh Syekh Safifuddin Ishaq. Gerakan ini memasuki wilayah politik dan
pemerintahan karena merupakan tarekat militer yang para pengikutnya
berkeinginan memainkan peran politik untuk memperkokoh kekuasaannya. Kegiatan
politik dipertajam pada pemerintahan Ismail, sehingga Ismail dianggap sebagai
pendiri Kerajaan Safawi. Dibentuk semacam kesatuan tentara agama atau Qizilbasy
(si kepala merah) pada pemerintahan Haidar.
Ismal
menerapkan Syiah Isra Asyariah sebagai agama negara. Sebelumnya Persia berada
di bawah kekuaaan Suni, maka ia mendatangkan ulama Syiah dari Iraq, Bahrein,
dan Libanon untuk tujuannya. Program ini mengalami pertentangan yang berat,
karena tidak mudah mengubah ideologi rakyat dari Suni ke Syiah. Banyak pula
sastrawan dan ulama Suni yang dibunuh demi penerapan Syiah ini. Syah Ismail
terus melanjutkan penaklukan sampai ke seluruh Iran, Heart maupun Diyarbakr
(Turki), dan Baghdad dengan dukungan pasukan Qizilbasy.
Pada
masa pemerintahan Syah Abbas (1588-1629) Kerajaan Safawi mengalami puncak
keemasaan. Tidak hanya meredam konflik internal dan merebut wilayah yang
melepaskan diri, tetapi Syah Abbas juga mampu melebarkan wilayahnya ke Tabriz,
Sirwan, dan kep.Harmuz, bahkan pelabuhan Bandar Abbas. Syah Abbas ingin
melepaskan diri dari ketergantungan dukungan kekuatan militer Qizilbasy, maka
ia membentuk kekuatan militer yang terdiri dari budak Kaukakus dan Georgia.
Strategi ini berhasil mengusir kekuatan Uzbek di Khirazan pada tahun 1598.
Kemajuan Kerajaan Syafawi ditunjukkan dalam bidang :
a) Bidang Pemerintahan dan Politik
Terbagi
secara horozontal, yaitu didasarkan pada garis kesukuan atau kedaerahan, dan
pembagian secara vertikal, yaitu mencakup dua jenis, istana (dargah) dan
sekretariat negara (divan atau mamalik). Penyelenggaraan negara dipercayakan
kepada para amir (kepala suku) tingkat atas dan wazir (menteri) yang tergabung
dalam suatu dewan (jangi). Terdapat lembaga yang tercakup dalam dewan tersebut
(majelis nivis) yang terdiri dari sejarawan istana, sekretaris pribadi Syah,
dan kepala intelejen.
b) Bidang Ekonomi
Ekonomi
dikendalikan langsung oleh pusat. Banyak memperkuat di bidang pertanian dengan
memperbanyak pengalihan tanah negara menjadi tanah raja. Pertumbuhan ekonominya
semakin baik karena stabilitas keamanan yang dinamis dan situasi dalam negeri
yang terkendali. Pelabuhan Bandar Abbas menjadi jalur perdagangan antara Timur
dan Barat sehingga sektor perdagangan semakin maju. Di bidang pertanian
mengalami kemajuan terutama di daerah Bulan Sabit yang subur.
c) Bidang Ilmu Pengetahuan
Didirikan
lembaga pendidikan Syiah oleh Syah Abbas, yaitu sekolah teologi untuk lebih
memantapkan akan aliran Syiah. Beberapa nama ilmuwan, sastrawan, dan sejarawan
Safawi antara lain, Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’i, Muhammad Baqir
Astarabadi, Sarudin Muhammad bin Ibrahim Syirazi, dan Muhammad Baqir Majlisi.
d) Bidang Bangunan dan Seni
Kantor,
masjid, rumah sakit, dan jembatan raksasa dibangun dengan gaya arsitektur yang
indah. Di bidang seni, terlihat dalam kegiatan dan hasil dari kerajinan tangan,
keramik, karpet, dan seni lukis.
3. Kerajaan Mogul
Didirikan
oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M) di India. Babur diwarisi daerah Ferghana
dari ayahnya ketika berusia 11 tahun. Berdirinya Kerajaan Mogul di India
menimbulkan serangan dari Kerajaan Hindu, serangan ini dapat dikalahkan oleh Babur.
Babur memerintah selama 30 tahun, setelah wafat digantikan putranya, Humayun
yang hanya memerintah selama 9 tahun karena kondisi dalam negeri tidak aman
dengan munculnya pemberontakan. Humayun meninggal dan digantikan oleh anaknya
yang berusia 14 tahun, Akbar. Urusan pemerintahan diserahkan kepada Bairam
Khan. Ketika Akbar dewasa, ia memperluas wilayah dengan menaklukan daerah
Chundar, Ghond, Orisa, dan Asingah.
Pemerintahan
dijalankan secara militeristik, pemimpin daerah dipimpin ileh seorang komandan
(sipah saleh). Terjadi kemajuan di berbagai bidang, misalnya ekonomi dan
pertanian, yang dipacu oleh stabilitas politik yang aman dan pemerintahan yang
stabil. Karya Malik Muhammad Jayadi yang berjudul “Padmayat” menjadi karya
sastra yang paling menonjol. Demikian juga pembangunan masjid indah dan megah
yang berlapis mutiara yang disebut “Taj Mahal”.
B. SEBAB-SEBAB
KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM
1. Krisis dalam Bidang Sosial Politik
Awalnya
adalah rapuhnya penghayatan ajaran Islam, terutama yang terjadi dikalangan para
penguasa. Bagi mereka ajaran Islam hanya sekedar diamalkan dari segi
formalitasnya belaka, bukan lagi dihayati dan diamalkan sampai kepada hakekat
dan ruhnya. Pada masa itu ajaran Islam dapat diibaratkan bagaikan pakaian,
dimana kalau dikehendaki baru dikenakan, akan tetapi kalau tidak diperlukan ia
bisa digantungkan. Akibatnya para pengendali pemerintahan memarjinalisasikan
agama dalam kehidupannya, yang mengakibatkan munculnya penyakit rohani yang
sangat menjijikkan seperti keserakahan dan tamak terhadap kekuasaan dan
kehidupan duniawi, dengki dan iri terhadap kehidupan orang lain yang kebetulan
sedang sukses. Akibat yang lebih jauh lagi adalah muncullah nafsu untuk berebut
kekuasaan tanpa disertai etika sama sekali. Kepada bawahan diperas dan diinjak,
sementara terhadap atasan berlaku menjilat dan memuji berlebihan menjadi hiasan
mereka.
”Syareat
Islam adalah demokratis pada pokoknya, dan pada prinsipnya musuh bagi
absolutisme” (Stoddard, 1966: 119) Kata Vambrey, ” Bukanlah Islam dan ajarannya
yang merusak bagian Barat Asia dan membawanya kepada keadaan yang menyedihkan
sekarang, akan tetapi ke-tanganbesi-an amir-amir kaum muslimin yang memegang
kendali pemerintahan yang telah menyeleweng dari jalan yang benar. Mereka
menggunakan pentakwilan ayat-ayat al-Quran sesuai dengan maksud-maksud despotis
mereka”.
2. Krisis dalam Bidang Keagamaan
Krisis
ini berpangkal dari suatu pendirian sementara ulama jumud (konservatif) yang
menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Untuk menghadapi berbagai
permasalahan kehidupan umat Islam cukup mengikuti pendapat dari para imam
mazhab. Dengan adanya pendirian tersebut mengakibatkan lahirnya sikap
memutlakkan semua pendapat imam-imam mujtahid, padahal pada hakekatnya
imam-imam tersebut masih tetap manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan.
Kondisi
dunia Islam yang dipenuhi oleh ulama-ulama yang berkualitas dibuatnya redup dan
pudarnya nur Islam yang di abad-abad sebelumnya merupakan kekuatan yang mampu
menyinari akal pikiran umat manusia dengan terang benderang.
3. Krisis bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Krisis
ini sesungguhnya hanya sekedar akibat dari adanya krisis dalam bidang sosial
politik dan bidang keagamaan. Perang salib yang membawa kaum Nasrani Spanyol
dan serangan tentara mongol sama-sama berperangai barbar dan sama sekali belum
dapat menghargai betapa tingginya nilai ilmu pengetahuan. Pusat-pusat ilmu
pengetahuan baik yang berupa perpustakaan maupun lembaga-lembaga pendidikan
diporak-porandakan dan dibakar sampai punah tak berbekas. Akibatnya adalah
dunia pendidikan tidak mendapatkan ruang gerak yang memadai. Lembaga-lembaga
pendidikan tinggi yang ada sama sekali tidak memberikan ruang gerak kepada para
mahasiswanya untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu. Kebebasan mimbar
dan kebebasan akademik yang menjadi ruh atau jantungnya pengembangan ilmu
pengetahuan Islam satu persatu surut dan sirna. Cordova dan Baghdad yang semula
menjadi lambang pusat peradaban dan ilmu pengetahuan beralih ke kota-kota besar
Eropa.
B.
PERLUNYA
PEMURNIAN DAN PEMBAHARUAN
Pemurnian
dan pembaharuan perlu dilakukan seluruhnya akibat rapuhnya kalangan Muslim
dalam untuk menentukan masa depannya. Abduh berpendapat bahwa untuk memulai
pembaharuan dalam kalangan umat Islam, harus mengembalikan pada pokok pokok
keimanan yang dipandang sebagai Islam yang sebenarnya. Abduh juga
mengumandangkan agar tidak mengimitasi buta segala bentuk kebudayaan Eropa yang
telah mewabah ke segala sektor.
Dan
dalam menerapkan ajaran Islam, umat perlu selektif dalam menerapkan
ajaran-ajarannya. Artinya, Abduh menyerukan agar umat Islam kembali dan
berpegang kepada AlQur’an yang sudah pasti menggambarkan semua syariat Allah
atas kehidupan manusia. Sebab Al-Quran secara gamblang menerangkan siklus
kemunduran, kehancuran, kejayaan, dan kebinasaan suatu bangsa.
Dengan
gambaran yang ada tersebut maka umat Islam diharapkan mampu melihat keadaan dan
kejadian yang telah silam sebagai cerminan yang akan ia lakukan dikemudian
hari. Disamping itu umat Islam juga berpegang teguh pada ajaran Nabi yang telah
Beliau sampaikan kepada umatnya. Maka disinilah tugas para pembaharu untuk
selalu mengedepankan pembaharuannya dan memotivasi umat agar bangkit dari
keterpurukannya yang sudah begitu lama.
Ini
perlu sekali diperhatikan oleh mereka sebab hingga saat ini kaum Muslim di
berbagai dunia telah kehilangan kemerdekaan dan kemampuan untuk menentukan atau
merancang nasib mereka sendiri. Oleh karena itu perlu sekali ditekanan kepada
Al-Mujadid untuk berani tampil di pentas dunia dan membangun dengan
gagasan-gagasan Qurani-nya sebagai sebuah sumbangan nyata terhadap peradaban
Islam yang besar. Maka dari situlah. Muslim akan mampu kembali bangkit dan
meraih posisi unggul yang pernah dicapai oleh generasigenerasi sebelumnya pada
masa Rasulullah dan para sahabatnya.
C.
TOKOH-TOKOH
PEMBAHARU DALAM DUNIA ISLAM
Berawal
dari kemunduran yang di alami oleh umat Islam dan Barat, semakin menunjukan
Eksistensinya sebagai pusat peradaban. Akhirnya munculah banyak pemikir-pemikir
Islam yang tersadar bahwa keadaan umat Islam saat itu sangat terbelakang. Maka
mereka melakukan suatu gerakan yang menghasilkan gagasan untuk membangkitkan
umat Islam dari keterpurukan itu. Dan sangat banyak tokoh-tokoh yang memberikan
jasa nya pada masa itu. Berikut tokoh-tokoh tersebut :
1. Muhammad bin Abdul Wahhab
Muhammad
bin Abdul Wahhab lahir di Nejad Arab Saudi pada tahun 1115 Hijriah atau 1703
Masehi. Dan wafat di Daryah tahun 1206 H (1793M). Nama lengkapnya adalah
Muhammad bin ‘Abd Al-Wahhāb bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin
Rasyid bin Barid bin Muhammad bin Al-Masyarif At-Tamimi Al-Hambali An-Najdi.
Muhammad
bin Abdul Wahhab merupakan seorang ahli teologi agama Islam. Dan seorang tokoh
pemimpin gerakan keagamaan yang pernah menjabat menjadi mufti Daulah
Su’udiyyah. Yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Arab Saudi seperti saat ini.
Dia juga merupakan seorang ulama besar yang produktif. Karena buku-buku
karangannya tentang Islam mencapai puluhan buku. Diantaranya adalah buku yang
berjudul Kitab At-Tauhid yang isinya tentang pemberantasan
syirik,khurafat,takhayul,dan bid’ah. Yang terdapat di golongan umat Islam dan
mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni.
Pemikran Muhammad bin Abdul Wahhab
Salah
satu pembaharu dalam dunia Islam arab adalah aliran yang bernama Wahabiyah.
Yang sangat berpengaruh di abad ke-19, pelopornya adalah Muhammad Abdul Wahab.
Pemikiran yang dikemukakan oleh Muhammad Abdul Wahab adalah cara memperbaiki
kedudukan umat Islam. Terhadap pemahaman tauhid yang terdapat di kalangan umat
Islam masa itu.
Pemahaman
tauhid penduduk umat Islam pada waktu itu. Sudah tercampur dengan ajaran-ajaran
yang tarikat sejak abak ke-13 dan tersebar luas di dunia Islam. Permasalahan
tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam. Maka dari itu,
tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan perhatiannya pada
persoalan ini. Pokok-pokok pemikiran Muhammad Abdul Wahab sebagai berikut :
a) Yang harus disembah hanyalah Allah SWT dan orang yang
menyembah selain Allah SWT telah dinyatakan sebagai musyrik.
b) Mayoritas orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang
sebenarnya.
Karena mereka meminta pertolongan
tidak kepada Allah SWT. Melainkan kepada syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang
Islam yang melakukan seperti itu dinyatakan musyrik.
c) Menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantar
dalam doa dikatakan sebagai syirik juga.
d) Meminta syafaat selain kepada Allah adalah perbuatan syrik.
e) Bernazar kepada selain Allah SWT merupakan syirik.
f) Memperoleh pengetahuan selain dari Al-Qur’an, hadis, dan
qiyas merupakan kekufuran.
g) Tidak meyakin kepada Qada dan Qadar Allah SWT merupakan
kekufuran.
h) Menafsirkan Al Qur’an dengan takwil atau pemahaman bebas
termasuk kekufuran.
Muhammad
Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif untuk mewujudkan pemikiranya. Dia
mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Su’ud dan putranya Abdul Aziz.
Pemahaman-pemahaman Muhammad Abdul Wahab tersebar luas dan pengikutnya
bertambah banyak. Sehingga di tahun 1773 M mereka dapat menjadi mayoritas di
Kota Ryadh. Di tahun 1787 M beliau meninggal dunia. Tetapi ajaran-ajarannya
tetap hidup dan memegang aliran yang dikenal dengan nama Wahabiyah.
2. Muhammad Abduh
Muhammad
Abduh dilahirkan di desa Mahallat Nashr di Kabupaten Al-Buhairah, Mesir. Pada
tahun1850 M/1266 H, berasal dari keluarga yang tidak tergolong kaya dan bukan
pula keturunan bangsawan. Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin abduh bin
hasan khairullah. Muhammad Abduh hidup dalam lingkungan keluarga dari petani di
pedesaan. Namun, ayahnaya dikenal sebagai orang yang terhormat dan suka memberi
pertolongan di desanya. Semua saudaranya Muhammad Abduh membantu ayahnya untuk
mengelola usaha pertanian. Tapi Muhammad Abduh di tugaskan oleh ayahnya untuk
menuntut ilmu pengetahuan. Mungkin karena Muhammad Abduh sangat dicintai oleh
kedua orang tuanya, sehingga dia disuruh menuntut ilmu.
Muhammad
Abduh pada usia 10 tahun belajar al-quran di rumahnya. Pada saat umur 12 tahun
dia sudah menghafal seluruh isi al-quran. Di usianya yang masih tergolong
remaja, Muhammad Abduh sudah dikenal sebagai anak yang tekun dan semangat dalam
menuntut ilmu. Setelah banyak menuntut ilmu diberbagai sekolah, dalam masa
hidupnya Muhammad Abduh menulis berbagai buku ilmiah agamis. Diantaranya yang
paling termasyhur adalah risalah tauhid yang isinya merupakan kumpulan dari
ceramah-ceramahnya.
Selain
itu juga ada karya ilmiah lainnya yang berisi teologi. Yaitu kitab hasyiaah
‘ala syarh al-dawwani li al-a’qaid al-‘adudiah yang ditulis pada tahun 1876 M.
Selain karya-karya diatas yang terkenal, Muhammad Abduh juga sudah menulis
beberapa buku, diantaranya :
a) Risalah al-waridat ditulis tahun 1885
b) Hasyiah ‘ala syar al-dawwani al-aqoid al-‘adudiyah ditulis
pada tahun 1876
c) Tafsir al-manar
d) Nahj al-balaghah ditulis tahun 1885
e) Maqomat badi’uzzaman al-hamdani, ditulis tahun 1889
Pemikiran-pemikiran
Muhammad Abduh
a) Ijtihad
Menurut
Muhammad Abduh ijtihad adalah hakikat hidup dan keharusan pergaulan manusia.
Karena kehidupan terus berproses dan berkembang maka ijtihad merupakan alat
ilmiah. Serta pandangan yang diperlukan untuk menghampiri berbagai segi
kehidupan yang baru dari segi ajaran Islam. Agar kelak kita tidak terisolasi
oleh pemikiran ulama tempo dulu. Ijtihad menurut Muhammad Abduh, tidak hanya
boleh bahkan perlu dilakukan. Tapi, menurut dia bukan berati setiap orang boleh
berijtihad. Hanya orang-orang tertentu dan memenuhi syarat untuk melakukan
ijtihad lah yang boleh melakukan ijtihad tersebut. Ijtihad dilakukan langsung
terhadap Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber dari ajaran Islam.
Berijtihad
adalah mengenai soal-soal muamalah yang ayat-ayat dan haditsnya bersifat umum
dan jumlahnya sedikit. Sedangkan soal ibadah bukanlah bagian dari berijtihad,
karena persoalan ibadah merupakan hubungan manusia dengan Tuhan. Dan bukan
antara manusia dengan manusia yang tidak menghendaki perubahan menurut zaman.
b) Modernisasi Pendidikan
Dalam
melakukan modernisasi pendidikan Muhammad Abduh berusaha menggabungkan antara
ilmu umum dan ilmu agama. Dia tidak menuntut adanya pemisah antara dua ilmu
tersebut. Hal ini didasarkan atas kesadarannya akan pentingnya ilmu pengetahuan
sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi tantangan di era modern. Modernisme
dalam bidang pendidikan merupakan bagian terpenting dari modernisme sosial,
ekonomi, dan politik. Maksudnya untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang
modern, maka pendidikan merupakan saranan yang amat penting. Untuk sebagai
media transformasi nilai budaya maupun pengetahuan.
Untuk
mengadakan sebuah perubahan pembaharuan dalam masyrakat, yang menjadi kuncinya
adalah pendidikan. Sebagai tokoh pemikir Muhammad Abduh menaruh perhatian
terhadap pendidikan. Hal ini terlihat dari usahahnya untuk mendorong agar umat
Islam mementingkan persoalan pendidikan sebagai jalan untuk memperoleh
pendidikan. Selain mengetahui pengetahuan agama, umat Islam juga dituntut untuk
mengetahui dan memahami pengetahuan modern.
3. Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin
Al-Afghani dilahirkan As’adabad dekat Kanar di Distrik Kabul, Afghanista, pada
tahun 1838 M (1254 H). Masa kecilnya dia habiskan untuk belajar Al-Qur’an.
Hingga Pada usia 8 tahun Jamaluddin Al-Afghani telah memperlihatkan
kecerdasannya yang sangat luar biasa. Dia sangat tekun mempelajari bahasa Arab,
sejarah, matematika, filsafat, dan ilmu-ilmu keislaman. Hingga akhirnya
Jamaluddin Al-Afghani dikenal karena kejeniusannya dalam ensiklopedia.
Sejak
tahun 1897, Jamaluddin Al-Afghani merupakan salah satu tokoh yang pertama kali
menyatakan kembali tradisi Islam. Dengan cara yang sesuai beserta berbagai
masalah penting yang muncul akibat westernisasi. Yang semakin mengusik dunia Timur
Tengah di abad-19. Dengan menolak tradisionalis murni yang mempertahankan
warisan Islam secara tidak kritis disatu pihak. Dan peniruan membabi buta
terhadap budaya barat dilain pihak.
Pada
saat usia yang masih muda di umur 20 tahun. Dia sudah menjadi pembantu Pangeran
Dostn Muhammad Khan di Afghanistan, pada tahun 1864 M. Dia juga pernah menjadi
penasehat Sher Ali Khan, dan menjadi Perdana Menteri pada masa pemerintahan
Muhammad Azham Khan. Hal itu disebabkan karena kecerdasannya dan kepribadiannya
yang sangat menarik. Dia banyak memperoleh pengalaman dalam pengembaraannya ke
beberapa negara. Dari mulai ke India, lalu kemudian ke Mesir, dia memberi
kuliah dihadapan kaum intelektual di Al-Azhar. Karena persoalan politik
di Mesir, Jamaluddin Al-Afghani pergi ke Paris. Di kota ini dia mendirikan
sebuah organisasi yang bernama Al-Urwatul Wutsqa. Organisasi ini beranggotakan
muslim militan dari India, Mesir, Syiria dan Afrika utara. Yang bertujuan
memeperkuat persaudaraan Islam, membela dan mendorong umat Islam untuk mencapai
kemajuan.
Pemikiran
Jamaluddin Al-Afghani
Konsep pemikiran Jamaluddin
Al-Afghani bermula dari perjalanan panjang dalam melaungkan perubahan
diberbagai negeri Islam. Yang umumnya mempunyai permasalahan umum, yaitu
mengalami penjajahan, keterbelakangan pendidikan serta dekadensi akidah.
Awalnya Jamaluddin Al-Afghani memperjuangkan Nasionlisme tanah air (bersifat
kedaerahan). Kemudian berubah menjadi Pan Islamisme (Jamia Islamiyah) yang
berasaskan pada kesatuan politik dan kekuasaan. Namun akhirnya Pan Islamiyah
ditujukan pada nasionalisme agama dan nasionlisme tanah air.
4. Muhammad Iqbal
Muhammad
Iqbal dilahirkan di Sialkot pada 22 februari 1873. Dia lahir dari keluarga yang
nenek moyangnya berasal dari lembah Kashmir. Beliau memulai pendidikannya
kepada ayahnya sendiri yang bernama Nur muhammad, Ayahnya ini dikenal sebagai
seorang ulama’. Setelah menamatkan sekolah dasar di Kampungnya, Muhammad Iqbal
ini melanjutkan perjalananya ke Lahore. Di kota ini dia mendapatkan binaan dengan
jiwa muda yang berhati baja oleh maulana mir hasan. Seorang ulama’ di Lahore
yang merupakan teman ayahnya.
Ulama’
ini memeberikan dorongan dan semangat yang mewarnai jiwa muhammad iqbal dengan
ruh agama. Yang senantiasa bersemayam dalam jiwa, menggelora dalam hati dan
menentukan gerak, langkah dan tujuan arah. Selain itu dikota ini Muhammad Abduh
juga bergabung dengan perhimpunan satrawan yang sering diundang musya’arah.
Dalam perhimpunan ini, dimana sastra Urdu berkembang pesat dan bahasa Persia
semakin terdesak. Pada usia mudanya Muhammad Iqbal membacakan sajak-sajaknya.
Selanjutnya Muhammad Iqbal juga memberanikan dirinya. Untuk membacakan sajaknya
tentang Himalaya dihadapan para anggota terkemuka organisasi sastra di Lahore.
Setelah membacakan sajak-sajaknya, namanya semakin terkenal dan menjadi sangat
populer di seluruh tanah air. Sajak-sajaknya juga dimuat dalam majalah Maehan,
suatu majalah bahasa Urdu.
Selain
sebagai penya’ir, Muhammad Iqbal juga merupakan seorang ahli politik terkemuka.
Yang mana perjuangannya merupakan modal pokok terbentuknya Negara Republik
Islam Pakistan di barat laut India. Masih banyak bidang-bidang lain yang
dikuasainya. Dan pengaruh yang sedemikian besarnya sebagai penyair maupun
filosof. Sepanjang hidupnya muhammad iqbal diperkirakan meninggalkan kurang
lebih 21 karya monumental, diantaranya yaitu :
a) Ilm al iqtisad (1903)
b) Development of Metaphysis in Persia a Constribution to the
History of Muslim Philosophy (1908).
c) Islam as a Moral and Political Ideal (1909)
d) Asrar-I Khudi (Rahasia Pribadi)
e) Rumuz-I Bekhudi (Rahasia Peniadaan Diri)
f) Payam-I Masyriq (Pesan Dari Timur)
Pemikiran
Muhammad Iqbal
Sebagai
seorang yang berjiwa idealis serta berhati patriot. Muhammad Iqbal senantiasa
menyalakan semangat idelisme kedalam hati pemuda muslim. Diantara
pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal yang menarik adalah tentang pentingnya arti
dinamika dalam hidup. Tujuan akhir setiap manusia adalah hidup, keagungan,
kekuatan, dan kegairahan. Sehingga semua kemampuan manusia harus berada dibawah
tujuan ini. Dan nilai segala sesuatu harus ditentukan sesuai dengan keahlian
yang dihasilkan.
Menurut beliau, mutu seni yang tinggi ialah kualitas yang
dapat menggunakan kemajuan. Yang sedang tidur mendorong manusia untuk
menghadapi segala macam cobaan. Selain itu, suatu kemerosotan yang membuat
seseorang menutup mata terhadap kenyataan disekeliling. Maka itu merupakan
sesuatu yang akan menjerumuskan seseorang kedalam kehancuran dan maut.
Selanjutnya, beliau juga sangat menentang keras sikap lamban, lemah, dan beku.
Karena itu semua dipandang sebagai penghambat laju kemajuan. Sampai-sampai,
beliau juga menentang pengertian takdir yang telah menjadi hal biasa.
seakan-akan sebagai bahan yang sudah terjadi.
5. Rasyid Ridha
Rasyid
Ridha dilahirkan pada tahun 1865 di Qalamun, suatu desa di Lebanon yang
letaknya tidak jauh dengan kota Tripoli (Suria). Rasyid Ridha adalah murid
Muhammad Abduh yang terdekat. Menurut keterangan dia berasal dari keturunan
Al-Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, dia memakai gelar Al-Sayyid
di depan namanya. Semasa kecil, ia dimasukkan ke Madrasah tradisional di
Al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca Al- Qur’an. Pada tahun
1882, dia meneruskan belajarnya di Madrasah Al-Wataniah Al- Islamiah (Sekolah
Nasional Islam) di Tripoli. Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan
pula bahasa Turki dan Perancis,. Dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama
juga pengetahuan-pengetahuan modern.
Rasyid
Ridha meneruskan pelajaranya disalah satu sekolah agama yang ada Tripoli.
Tetapi pada waktu itu hubungan dengan Al-Syaikh Husain Al-Jisr berjalan terus.
Dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa muda. Kemudian dia juga
banyak di pengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh
melalui majalah al-urwah al-wusta. Dia berniat untuk bergabung dengan
Al-Afghani di Istambul, tapi niat itu tidak terwujud. Pada waktu lain Muhammad
Abduh berada dalam pembuangan di Beurit. Dia memndapatkan kesempatan untuk
berjumpa dan berdialog dengan murid Al-Afghani yang terdekat ini.
Perjumpaan
dan berdialog dengan Muhammad Abduh meninggalkan kesan yang baik dalam dirinya.
Pemikiran-pemikiran yang di perolehnya dari Al- Syaikh Husain Al-Jisr dan yang
kemudian diperluas lagi dengan ide-ide al-afghani dan muhammad abduh yang
sangat memengaruhi jiwanya. Ketika berada di Suria di mulai menjalankan ide-ide
pembaharuan itu. Tetapi usaha-usahanya mendapat tantangan dari pihak Kerajaan
Utsmani, dia merasa terikat dan tidak bisa bebas. Sehingga dia memutuskan untuk
pindah ke Mesir, yang dekat dengan gurunya Muhammad Abduh.
Setelah
beberapa bulan di Mesir, dia mulai menerbitkan majalah yang termasyhur yaitu
al-manar. Di halaman pertama dijelaskan bahwa tujuan majalah al-manar sama
dengan al-urwah al-wusta. Yang isi tujuannya adalah antara lain mengadakan
pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi. Memberantas takhyul dan
bid’ah-bid’àh yang masuk ke dalam tubuh Islam. Menghilangkan paham fatalisme
yang terdapat dalam kalangan umat Islam. Serta paham-paham salah yang dibawa
tarekat-tarekat tasawuf. Meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam
terhadap permainan politik negara-negara Barat.
Pemikiran
Rasyid ridha
Beberapa pemikiran Rasyid Rida
tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut :
a) Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus
ditumbuhkan.
b) Umat Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum
Jabariyah.
c) Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis
tanpa meninggalkan prinsip umum.
d) Umat Islam menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e) Kemunduran umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan
khurafat yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f) Kebahagiaan dunia dan akhirat diperoleh melalui hukum yang
diciptakan Allah Swt.
g) Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h) Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang
mengurusi bidang agama dan politik.
i) Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para
ulama dalam menerapkan prinsip hukum Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pembaharuan
Islam sebenarnya merupakan hakikat pembaharuan yang merujuk kepada makna kata tajdid
(gerakan pembaharuan), tajdid disnini mencerminkan suatu tradisi yang
berlanjut, yaitu suatu yang menghidupkan kembali keimanan Islam beserta
praktik-praktiknya dalam komunitas kaum muslimin. Dengan tujuan pembaharuan
Islam untuk mengembalikan semua bentuk kehidupan keagamaan pada zaman awal
Islam sebagaimana dipraktikkan pada masa Nabi Muhammad SAW da menjawab tantanga
zaman.
B.
SARAN
Pembaharuan
ini perlu dilakukan seluruhnya akibat rapuhnya kalangan Muslim dalam untuk
menentukan masa depannya. Dan dalam menerapkan ajaran Islam, umat perlu
selektif dalam menerapkan ajaran-ajarannya. Kita sebagai umat muslim harus
selalu mengedepankan pembaharuannya dan memotivasi umat agar bangkit dari
keterpuru-kannya yang sudah begitu lama. Perlu sekali diperhatikan sebab hingga
saat ini kaum muslim di berbagai dunia telah kehilangan kemerdekaan dan
kemampuan untuk menentukan atau merancang nasibnya sendiri.
BAB IV
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar