MAKALAH MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN
Kata Pengantar
Membicarakan problem pendidikan AIK di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Setidaknya terdapat sebuah pertanyaan : adakah AIK dikaji sebagai objek keilmuan sebagaimana disiplin yang lain, ataukah AIK dijadikan rujukan pandangan hidup ataupun akidah untuk mempelajari dan menjalani kehidupan? Seharusnya kedua aspek ini diintegrasikan menjadi satu pendekatan yang utuh sekalipun pada prakteknya banyak kendala yang harus diselesaikan. Maka dari itu dosen AIK dituntut untuk berijtihad menemukan metode yang tepat, bagaimana cara untuk membantu mahasiswa tumbuh menjadi sarjana yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Mempertemukan kedua tuntutan ini sangat penting mengingat setiap diskusi dan pengajian selalu ada pertanyaan kenapa terjadi kesenjangan yang begitu lebar antara idealitas ajaran Islam yang diyakini dengan benar, hebat dan tinggi dan disisi lain realitas perilaku para pemeluknya yang seringkali bertentangan dengan ajaran agamanya.Ada tida indicator orientasi pendidikan Islam yang kurang tepat, yaitu :
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….. 2
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud “pondok pesantren”, dimana islam diajarkan di musholla/langgar/masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab, kyai membacakan dan mengartikan kemudian sang santri menirukannya. Bandongan atau Wetonan adalah sang kyai membaca, mengartikan dan menjelaskan maksud teks dari kitab tertentu namun sang santri hanya mendengarkan penjelasan dari sang kyai.
Sistem pendidikan semasa itu hanya berorientasi pada hafalan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal abad ke-20. Sudah barang tentu di sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.
Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakhlaqul karimah, alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern terutama system/model pembelajaran yang diterapkan selama pelaksanaan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah. Jika diukur dari berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (1 Desember 1911) Pendidikan Muhammadiyah berumur lebih tua ketimbang organisasinya (Adaby Darban,2000 : 13). Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari “sekolah” (kegiatan Kyai dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Lembaga pendidikan tersebut sejatinya sekolah Muhammadiyah, yakni sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam pada waktu itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah gedung milik ayah KH Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum (Djarnawi Hadikusuma,t.t : 64).
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah adalah salah satu gerakan dakwah Islam yang berpengaruh dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Salah satu buktinya Muhammadiyah membangun pondok pesantren dengan sistem pembelajaran yang modern. Muhammadiyah sampai saat ini tetap konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amien,Saiful. 2012.AIK(Al Islam Kemuhammadiyahan).Malang:UMM Press
Membicarakan problem pendidikan AIK di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Setidaknya terdapat sebuah pertanyaan : adakah AIK dikaji sebagai objek keilmuan sebagaimana disiplin yang lain, ataukah AIK dijadikan rujukan pandangan hidup ataupun akidah untuk mempelajari dan menjalani kehidupan? Seharusnya kedua aspek ini diintegrasikan menjadi satu pendekatan yang utuh sekalipun pada prakteknya banyak kendala yang harus diselesaikan. Maka dari itu dosen AIK dituntut untuk berijtihad menemukan metode yang tepat, bagaimana cara untuk membantu mahasiswa tumbuh menjadi sarjana yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Mempertemukan kedua tuntutan ini sangat penting mengingat setiap diskusi dan pengajian selalu ada pertanyaan kenapa terjadi kesenjangan yang begitu lebar antara idealitas ajaran Islam yang diyakini dengan benar, hebat dan tinggi dan disisi lain realitas perilaku para pemeluknya yang seringkali bertentangan dengan ajaran agamanya.Ada tida indicator orientasi pendidikan Islam yang kurang tepat, yaitu :
- Pendidikan Agama Islam saat ini lebih berorientasi pada belajar agama, bukan belajar beragama. Sehingga tidak aneh jika banyak orang yang memiliki pengetahuan tentang agama namun perilakunya tidak mencerminkan ajaran tersebut.
- Tidak adanya pemilihan materi pendidikan agama yang tepat dan sistematis. Sehingga banyak pengetahuan awal yang telewatkan.
- Kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam serta kurangnya penguasaan semantik dan generik atas istilah kunci dan pokok ajaran agama.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….. 2
- Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah……………………………………………….. 2
- Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah…………………………………. 3
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud “pondok pesantren”, dimana islam diajarkan di musholla/langgar/masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab, kyai membacakan dan mengartikan kemudian sang santri menirukannya. Bandongan atau Wetonan adalah sang kyai membaca, mengartikan dan menjelaskan maksud teks dari kitab tertentu namun sang santri hanya mendengarkan penjelasan dari sang kyai.
Sistem pendidikan semasa itu hanya berorientasi pada hafalan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal abad ke-20. Sudah barang tentu di sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.
Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakhlaqul karimah, alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern terutama system/model pembelajaran yang diterapkan selama pelaksanaan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
- Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah
Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
- Tipe Muallimin/Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
- Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
- Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/ Politeknik/ Akademi
- Madrasah Diniyah, dan lain-lain
- Memiliki jiwa Tauhid yang murni
- Beribadah hanya kepada Allah
- Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
- Memiliki akhlaq yang mulia
- Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
- Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
- Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
- Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
- Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan Muhammadiyah
- Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah
Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah. Jika diukur dari berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (1 Desember 1911) Pendidikan Muhammadiyah berumur lebih tua ketimbang organisasinya (Adaby Darban,2000 : 13). Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari “sekolah” (kegiatan Kyai dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Lembaga pendidikan tersebut sejatinya sekolah Muhammadiyah, yakni sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam pada waktu itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah gedung milik ayah KH Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum (Djarnawi Hadikusuma,t.t : 64).
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah adalah salah satu gerakan dakwah Islam yang berpengaruh dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Salah satu buktinya Muhammadiyah membangun pondok pesantren dengan sistem pembelajaran yang modern. Muhammadiyah sampai saat ini tetap konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amien,Saiful. 2012.AIK(Al Islam Kemuhammadiyahan).Malang:UMM Press
Komentar
Posting Komentar